Sabtu, 14 September 2013

Welcome to Computer Science! - Part 1

Dan akhirnya ini hari sabtu!   saking jarangnya ketemua hari yang kosong, terharu banget...

Anyway, sejak senin yang lalu, gue udah masuk kuliah, kuliah efektif, jadi belom bisa ngeblog dulu, gomen nee~ ^^

Sebagai seorang mahasiswa yang masuk ke dalam jurusan Computer Science yang notabene tidak tau apa2 tentang programming sebelumnya, everything is very new for me, ditambah lagi matematika, which is matematika gue ga seberapa hebat  so basically, this is something.

Biar bagus, mari kita susun dengan timeline...

Senin

Hari pertama kuliah, hari perdana kuliah! Jam sembilan pagi Malaysia *which is jam 8 Indonesia yang mana itu masih subuh jika ditilik dari waktu Indonesia bagian kamar gue* kuliah udah dimulai, hari diawali dengan bangun telat 30 menit dan somehow agak telat sih, untuk model anak baru ini telat namanya, kalau untuk senior, ini namanya kecepetan * damai niorrr  *


Matkul pertama dibuka dengan "Programming Technique I" pertama kalinya menyentuh programming dan pertama kalinya kuliah yang bukan kuliah umum, excited? banget! tapi semua berubah ketika negara api datang   dosen yang mengajar bernama Encik Jumail, FYI, dosen disini kalau laki2 tapi belum ada titel doktor dipanggil dengan nama sapaan Encik untuk laki2 dan Cik atau Puan untuk perempuan, something new for you? masukin buku catatan! pertemuan selanjutnya kita ulangan! .
Okeh, back ot the topic, INI DOSEN KEREN BANGET, pembawaannya santai tapi berbobot, dan penjelasannya keren banget  . Ga perlu dijelasin lagi kenapa dan bagaimananya, dengan pertemuan pertama yang indah ini, sekilas programming terlihat cerah, dan InsyaAllah akan cerah untuk seterusnya.

Yang namanya hari pertama pasti bakalan ada perkenalan, FYI, disini nama orang pada panjang2 sebab wajib menyertakan nama orang tuanya bagi yang melayu, yang chinese menyertakan nama lengkapnya, tidak seperti di Indonesia yang biasanya menggunakan nama lainnya. Pas perkenalan, gue pusing, nama orang sini kok susah2 kali sih... Back to perkenalan, kelas gue punya nama2 unik, dengan nama panggilan yang lebih unik! Lets see...

"Name siape?" Dosen tanya *ingat, huruf 'e' nya itu 'e' lemah, seperti dalam kata "enam"
"Muhammad Aqeel bla bla bla *gahapal gan" *bacanya Aqil gan*
"Nickname?"
"Chip"

WTF? okeh ini penyalahgunaan nama! dan sayangnya dosen dengerinnya salah, dengernya "Chief"

"So CHIEF, will you be the class president?"
"I hope so"

Dipilih secara langsung dan satu kelas mengiyakan, epic, very epic.

LANJUT!

"Your name?"
"Baseem bla bla bla *gahapal lagi gan" *bacanya Basim
"Nickname?"
"Peace"

Okeh, kelas gue keren! ada lagi yang panggilannya "V", "Cha Cha" "El" dan segala macamnya, LOL, very LOL.

Dan yang paling kasian adalah temen gue yang bernama "Azam" namanya ga masuk ke dalam absen karena ada kesalahan teknis, dengan hal tersebut dia diberi gelas "Inexistence" dan berada dalam perjuangan untuk menunjukkan eksistensinya, FIGHT!

Kelas berakhir pada jam 11 siang...

Lalu kelas kosong sampai jam 3 sore.... IYA! JAM TIGA SORE! kelamaan kali, jadi sempatkan diri untuk melakukan upacara penting, yaitu nyetrika pakaian! bahasa kerennya IRONING! Me Iron Mansta  .

Jam 3 sore tiba dan kelas dilanjutkan di ruang yang lain dengan dosen yang lain, dosen yang ini punya nama "Datin Normal" which means dia adalah istri dari orang yang bertitel "Datuk" dimana ini merupakan gelar kehormatan di Malaysia. Dan efeknya sangat parah terhadap satu kelas.

Satu kelas segan ama dia, gue? jelas ikut lah! Masa' mau di deportasi, kan ga lucu  .

Kelas berjalan dengan ajaib, dimana pertemuan pertama dia bagiin kami semua ke dalam 9 grup dengan tugas presentasi grup, asik, asik banget, dosen yang model gini yang kalau ngajar nyuruh muridnya yang ngajar, anyway, no problem lah buat gue InsyaAllah.

Pulang dari kelas jam 5, FYI, tiap hari gue jalan kaki pergi pulang kampus sebab kalau naik bus justru makin lama sebab banyak berhentinya, gue berada di blok L-13 which is blok L adalah sebuah kumpulan gedung yang disebut "Kolej", iya, pake qalqalah nyebutnya!. Kolej yang bernama Kolej Tun Husein Onn, nama orang hebat di Malaysia gitu. dan disini ada banyak kolej, yang utamanya ada 6 which is berada dekat dengan fakultas yang ada, dan yang lainnya berada jauh dari fakultas dan punya nama yang sampai sekarang belum gue hapal.

Selasa

Kelas dimulai jam 8 Malaysia which is jam 7 Indonesia, kesetanan, ini kelas masih subuh banget! dan kelas pun dibuka dengan matkul "Academic English Skill" which is dosennya pun model standar, nothing happened here... as usual, nama Azam tetap belum ada juga  . dilanjutkan dengan matkul "Digital Logic" yang mana ini dosen keren banget, dia ngajar pake Bahasa Melayu! FYI, dosen disini pada make bahasa Inggris kalau ada siswa international di kelas, gue seneng-seneng aja, sebab bahasa melayu gue lancar adem ayem  . Dosen yang ngajar namanya "Cik Marina" dimana dia inih lucu! gue gabisa jelasin lucunya gimana, tapi yang jelas pasti nangkep kalau dia ngajarin mengenai kuliahnya, gomen ne~ ^^.


Istirahat sejam, jam kuliah hari selasa padat pake banget, dua jam masuk, sejam istirahat, ulangi dua kali lagi, ruar binasa.

Terakhir masuk matkul programming, seperti hari senin, dan kali ini dengan ajaibnya dosen gue ngasi tutorial which is sekelas ga tau apa2 mengenai programming, ya ngasal2 aja dah ampe nemu kebenaran mengenai programming, setelah tutorial, fakta mengejutkan, sesuatu yang entah mengapa begitu merubah mood.

"Saye sebenarnye nak ngasi tutorial ni di week 5 *minggu ke lima* "

WTF, keren, keren pake banget, tapi hasilnya? KAMI JADI PUNYA PROGRAMMING BASIC. Applause Encik Jumail, you've done something awesome!.

Lanjut ke part 2 ya.... capek juga ngetik pas hari libur

Selasa, 03 September 2013

Gue Bangga Menjadi Indonesia

Dari judul kegnya merupakan sebuah artikel yang berat, tapi gue coba bawain dalam pembawaan yang lebih santai  .

Barusan sekitar jam 10an pagi gue baru pulang dari sarapan *iya, kami belum kuliah efektif, tanggal 9 nanti baru kuliah efektif* sehabis ngayuh sepeda sejauh beberapa kilometer dengan medan yang mendaki gunung dan melewati lembah. Kami pun memilih untuk bersantai di pondok depan asrama yang dimana anginnya cukup kuat lah untuk daerah yang bukan gunung model Bandung atau daerah dataran tinggi lainnya.

Cerita punya cerita, ternyata pas kami duduk kebetulan ada 2 pekerja lokal yang datang ke pondok itu, kami sebagai anak yang sopan, kami memilih untuk duduk agak berjauhan dari posisi mereka.

Duduk selang beberapa menit, ternyata mereka ngomong pakai bahasa daerah, si Ade mikirnya itu bahasa Thailand, lah gue mikirnya itu Melayu logat Kelantan... agak beberapa menit.. semakin lama semakin kami denger, itu bahasa yang sudah tidak asing lagi di telinga kami, itu BAHASA JAWA! Pemirsa sekalian, BAHASA JAWA!  gue terenyuh.

Lalu mereka membuka percakapan.

Bapak 1 : Orang Indonesia?
AdmXX : Iya, bapak Indonesia juga
Bapak 1 : Iya, saya dari Gresik
Bapak 2 : Saya dari Surabaya

Gue bangga, ternyata orang Indonesia itu ada dimana mana, sebagai orang Indonesia yang senantiasa bangga dengan tanah kelahirannya, gue bersyukur ketemu dengan orang Indonesia di Tanah Melayu ini.

Percakapan pun berlalu perlahan, yaaa percakapan standar, mengenai kuliah gimana... udah berapa lama, asrama dimana, dll.. Sampai pada suatu titik dimana bapak tersebut mulai bercerita bahwa dia sudah berada di Malaysia selama 30 tahun, saya ulangi, 30 TAHUN!, luar biasa sekali itu sudah di BOLD lalu di Italic lalu ditambah UNDERLINE supaya semakin menekankan.

Beliau banyak menceritakan mengenai bagaimana di Malaysia, mengenai hidup, sampai ketika dia membahas mengenai ras, tentang ras Melayu, ras India dan ras Cina.

Beliau mengaku pernah hidup di Singapura pada sekitar tahun 80-an, beliau menegaskan bahwa di Singapura pada tahun tersebut perbandingan antara ras Melayu dengan ras lain adalah 50 : 50 dimana 50 itu ras Melayu, dan 50 lainnya ras lain digabungkan, sampai pada suatu saat dia menceritakan bahwa Singapura itu juga dijajah, secara ekonomi oleh etnis Tionghoa atau juga dikenal dengan etnis Cina, sehingga seperti yang terlihat sekarang ini, sebagian besar penduduk yang ada di Singapura adalah warga etnis Tionghoa.

Berlanjut dari hal tersebut, beliau kemudian menceritakan bagaimana beliau pindah ke Malaysia, lalu bekerja tunggang langgang sebagai seorang pekerja serba bisa, dimana dia menyatakan bahwa di Malaysia pekerjaan ada dimana-mana jadi tidak usah bingung.

Beliau mengatakan bahwa semakin lama, ras Melayu di Singapura semakin sedikit dan banyak yang pindah menjadi warganegara Malaysia, sehingga seperti yang terlihat sekarang ini.

Beliau kemudian menyatakan sesuatu yang membuat kami kaget, yang mana kurang lebih memiliki arti "disini sau sama lainnya berbeda". Sekilas kami merasa mungkin itu hanya sudut pandang saja, tapi semakin lama penjelasan yang dijelaskannya semakin meresap dan semakin jelas keberadaan dan kenyataannya.

Cerita beliau, disini sering terjadi kekerasan rasial dimana masing-masing ras terkesan membangun kubu masing-masing dan menolak untuk bersosialisasi, seperti terkotak-kotakkan dalam sistem sosialnya. Ras yang satu mendiskreditkan yang lainnya sehingga hubungan sosial menjadi terbatas.

Kami sebagai seseorang yang berasal dari Indonesia, sebagai Warga Negara Indonesia yang sedang menimba ilmu di negeri orang harus bertindak secara diplomatis dan berada di tengah-tengah secara netral dibalik konflik yang berlaku.

Mendengar cerita beliau, kami semakin bangga menjadi Warga Negara Indonesia, dimana masih menjunjung tinggi "BHINEKA TUNGGAL IKA" yang berarti "BERBEDA TAPI TETAP SATU". Dimana antar satu sama lain masih kuat rasa persaudaraannya, masih erat hubungan sosialnya, dan masih merasa bahwa siapapun dia, dari ras apapun dia, suku apapun atau agama sekalipun, tetap berada dibawah naungan Ibu Pertiwi, berada dibawah kibaran bendera yang satu, Indonesia Raya  .



Lalu beliau melanjutkan lagi cerita bahwa beliau pernah ketika masih menetap di Singapura bahwa beliau melihat ada 2 orang keturunan Tionghoa, dimana salah satunya adalah orang Indonesia.
Beliau masih ingat percakapan antara keduanya dimana yang dari daerah Singapura bertanya ke yang dari Indonesia dengan bahasa Mandarin, lalu yang dari Indonesia menjawab dengan bahasa Inggris menjelelaskan bahwa dia tidak paham dengan bahasa Mandarin, lalu yang dari Singapura itu terheran-heran kemudian bertanya kepada yang dari Indonesia yang artinya kurang lebih "Kamu orang apa sebenarnya?" lalu yang dari Indonesia menjawab "SAYA ORANG INDONESIA" yang dari Singapura itu lalu naik darah dan bertanya kembali "Kamu bukan orang Cina?" yang dari Indonesia tetap berpegang teguh dengan prinsipnya seraya menjelaskan bahwa orang tuanya berasal dari Indonesia, meskipun dia dari etnis Cina, tapi dia tetap menyatakab bahwa dia adalah orang Indonesia.

Mendengar cerita itu, saya salut, saya bangga, saya sangat bangga menjadi orang Indonesia.

Terlepas dari baik buruknya sistem politik dan kenegaraan bangsa Indonesia, banyaknya masalah dari kemiskinan, kebersihan, kesehatan, dan segala macamnya, saya yakin jika Anda bertanya kepada seseorang yang berasal dari Indonesia dimanapun Anda berada sebuah pertanyaan "Cinta sama Indonesia?" saya yakin sebagian besar akan menjawab "SAYA CINTA INDONESIA".

Terlepas dari korupsinya, kotornya sarana, maraknya konflik sosial, demonstrasi dimana-mana, ketidakadilan merajalela, jika yang namanya INDONESIA dicela dan dihina, maka Bangsa Indonesia tidak akan pernah tinggal diam, sedikit saja harkat dan martabat bangsa kita dihina, maka seluruh bangsa akan turun tangan dengan segala upaya, baik itu kecil maupun besar, baik hanya dengan do'a atau dengan tenaga dan upaya.

Lantas kami yang berada di luar negeri, apakah kami berarti tidak patriotis sehingga memilih kuliah di luar negeri? Salah, kami ingin membuktikan bahwa Indonesia adalah bangsa yang patut diperhitungkan untuk level Internasional, sehingga Bangsa Indonesia mampu mengibarkan panji-panji merah putih dari Sang Saka di puncak dunia dan menunjukkan kepada dunia bahwa Indonesia itu MAMPU.

Saya Bangsa Indonesia

Saya BANGGA Menjadi Indonesia


Senin, 02 September 2013

Celoteh : Seorang Guru, Ya... Seorang Guru

Baiklah, para pembaca yang budiman, post kali ini bukan merupakan bagian dari keseharian gue sebagai pelajar UTM, melainkan sebagai sebuah celoteh singkat mengenai apa yang terlintas di dalam pikiran secara tiba-tiba. Perubahan dalam gaya bahasa dan penulisan bersifat temporer dan hanya berlaku di rubrik celoteh.

Bismillah.

Baru saja beberapa menit yang lalu saya membuka sebuah video di youtube, saya yang notabene sedang berada di luar Indonesia pasti merasakan yang dinamakan rindu dengan tanah air yang tercinta, mungkin memang benar jika banyak yang berkata bahwa orang Indonesia, sejauh apapun dipisahkan dari tanah kelahirannya, pasti pernah terbesit untuk kembali ke tanah airnya yang menjadi tanah kelahirannya. Kendatipun keadaan yang sulit, fasilitas yang serba kekurangan, pemerintahan dan segala macam masalah yang senantiasa menyapa rakyat Indonesia dari hari ke hari, namun bagaimanapun juga, saya yakin jika salah satu dari kita datang lalu bertanya dengan masyarakat Indonesia secara langsung "Apakah Anda cinta dengan Indonesia?" maka saya sangat yakin bahwasanya sebagian besar akan menjawab "Saya cinta Indonesia" atau jawaban yang senada dengan jawaban tersebut.

Kembali ke pokok pembicaraan, video yang saya buka bisa dilihat disini. Sebuah lagu yang hanya terdiri dari satu bait empat baris namun sangat menyentuh dan bagi mereka yang memiliki jiwa patriotisme pasti akan terenyuh hatinya dan akan meleleh air matanya, terlebih bagi yang sedang dipisahkan dari tanah airnya yang begitu dicintainya.

Sebuah video dari sebuah komunitas Indonesia Mengajar yang sangat menyentuh bagi saya. Mungkin akan timbul pertanyaan, mengapa? Mengapa menyentuh? Mengapa guru? Mengapa bukan yang lain? Mungkin pertanyaan itu akan terlintas setelah membuka link video diatas lalu menontonnya.

Keinginan dari Hati

Ketika saya masih duduk di bangku SMA, saya pernah terpikir mengenai cita-cita saya, masa depan saya, kelak jika saya sudah dewasa, mau jadi apa saya? Pertanyaan klise khas anak SMA yang bakalan menjadi sesuatu yang cukup berat untuk diselesaikan di bangku SMA dimana masih dalam keadaan sangat labil dan mudah terpengaruh oleh berbagai perihal.


Lalu pada suatu ketika, saya pernah terpikir mengenai menjadi seorang guru. Ya, seorang guru. Yang dikenal dengan "Pahlawan Tanpa Tanda Jasa". walaupun sekarang sudah bisa dikatakan memiliki tanda jasa dengan adanya sertifikasi atau semacamnya, mari kita singkirkan sejenak detil-detil tersebut.

Seorang guru, mungkin banyak yang menganggap remeh atau menganggap rendah profesi seorang guru, sebuah profesi yang dipandang sebelah mata, melelahkan, dan dianggap tidak sebanding antara gaji yang didapat dengan penat lelah yang dilaksanakan. Profesi yang kurang tinggi di mata orang tua yang memiliki anak-anak generasi masa kini.

Namun jika kita telaah kembali, pandangan-pandangan negatif dan sempit tersebut tidak sepenuhnya benar, kendatipun ada satu dua fakta yang menjadi sesuatu yang sulit untuk dipungkiri kembali.

Hakikat Guru

Seorang guru adalah sebuah profesi yang mulia, jika diambil dari pengertiannya menurut KBBI :

"orang yg pekerjaannya (mata pencahariannya, profesinya) mengajar" -Sumber

Orang yang pekerjaannya mengajar, lantas apa yang dimaksud dengan mengajar? Secara sempit mungkin guru sebagai pengajar berarti seorang guru datang lalu duduk dan mengajar murid-muridnya. Namun secara luas, artian guru adalah seseorang yang bekerja sebagai pengajar, pendidik, penuntun dan pengarah kepada muridnya tanpa terbatas umur, ruang, dan waktu meskipun ini adalah pengertian seorang guru menurut saya, bukan menurut seorang ahli, tapi saya rasa ini patut dipertimbangkan.

Guru sebagai seorang pengajar, memiliki makna bahwasanya seorang guru memiliki tugas untuk mengajar, memberikan ilmu pengetahuan kepada muridnya, secara eksplisit mungkin melakukan perpindahan antara ilmu seorang guru dengan muridnya dengan metode mengajar sebagai perantaranya.

Guru sebagai pendidik, bermakna seorang guru memikul sebuah beban untuk mendidik muridnya memiliki berbagai hal, salah satunya adalah karakter. Seorang murid adalah gambaran dari seorang guru. Dalam suatu pepatah jika seorang murid berkelakuan buruk, maka murid tersebut yang salah, namun jika seorang guru memiliki banyak murid, lalu hampir semua muridnya berkelakuan buruk, maka itu gurunya yang salah. Berbicara mengenai salah dan benar, bukan berarti saya berbicara tanpa dasar, melainkan atas pengalaman saya sendiri selama saya menjani proses pendidikan selama 12 tahun di Indonesia, menempuh SD, SMP, dan SMA. Tidak sedikit kejadian yang bisa dijadikan pedoman dan dasar atas fenomena ini.

Kembali ke hakikat guru sebagai pendidik karakter, karakter secara luas berpengaruh terhadap bagaimana murid akan bereaksi terhadap rangsangan yang diberikan baik oleh guru maupun lingkungan sosialnya. Jika seorang murid memiliki karakter yang keras kepala, maka jika berada di lingkungan sosial yang keras, murid tersebut akan kesulitan untuk menjalankan kehidupan sosialnya, begitu pula dengan kendala-kendala lainnya. Lantas muncul sebuah pertanyaan, Apakah ini salah guru? Tidak, tidak sepenuhnya.

Guru sebagai penuntun dan pengarah, disinilah peran guru sebagai seseorang yang harus memiliki kemampuan untuk memimpin, memiliki kemampuan untuk mengarahkan, menjalankan serangkaian kegiatan dengan fokus untuk menuntun dan mengarahkan muridnya. Sebagian besar guru mungkin hanya ingat poin pertama yakni sebagai pengajar, namun poin terakhir ini, bisa dikatakan sebagai beban paling berat dari tanggung jawab seorang guru.

Sebagai penuntun dan pengarah, bermakna sebagai penunjuk jalan, sebagai kompas dan penentu arah serta jalan mana yang harus ditempuh oleh seorang murid. Sebuah tanggung jawab dimana jika seorang murid di masa depannya gagal dan tidak mampu, maka secara kasar, guru yang bertanggung jawab, meskipun banyak faktor-faktor yang menentukan pula, seperti lingkungan sosial, keluarga, teman, dan lain sebagainya.

Namun, penuntun disini bukan berarti seorang guru harus selalu ada di sini seorang murid lalu menunjukkan yang mana yang benar dan yang nama yang salah. Sebuah pepatah yang mungkin sering kita dengar dapat menjadi acuan bagi kita dalam hal ini.

Guru biasa memberitahukan
Guru baik menjelaskan
Guru ulung memeragakan
Guru hebat mengilhami

Mungkin dari pepatah tersebut, poin terakhir dapat dijelaskan, guru hebat mengilhami, guru yang hebat akan menyampaikan aspirasinya kepada muridnya, mengenai apa yang menjadi motivasinya, apa yang menjadi semangatnya, apa yang menjadi dasar baginya, dan yang terpenting, apa yang menjadi penuntunnya sehingga dia mampu untuk mengajarkan ilmu yang dimilikinya beserta segala karakter yang dimilikinya kepada muridnya.


Profesi seorang guru dianggap melelahkan bagi sebagian orang, mungkin untuk yang satu ini saya tidak bisa berkomentar, sebab dalam pandangan saya, melelahkan atau tidaknya suatu profesi bersifat relatif dan tidak bisa ditentukan oleh satu parameter saja. Bisa saja seorang perawat mengatakan bahwa profesi guru adalah profesi yang mengasyikkan, bisa saja seorang pedagang mengatakan profesi seorang polisi pamong praja sebagai profesi yang mengasyikkan, dan segala macam "bisa saja-bisa saja" lainnya.

Mengenai pandangan orang tua terhadap profesi seorang guru, secara garis besar, orang tua adalah mereka yang menjalani proses pendidikan, baik secara formal dididik oleh seorang guru di sekolah dengan profesi guru, maupun secara tidak formal dididik di masyarakat oleh semua orang, singkat kata mereka hidup di zaman yang berbeda. Mengapa saya katakan begitu? Orang tua dari generasi ini secara umum menjalankan kehidupan sekolahnya sebagai mereka yang masih merasakan betapa ngerinya pendidikan pada zaman sebelumnya, mereka merasakan bagaimana hidup di zaman dimana modernasi besar-besaran belum terjadi. Sehingga atas dasar tersebut, pedoman dari orang tua secara umum tidak dapat menjadi dasar yang kuat, meskipun nasehat dari orang tua merupakan sebuah pemikiran yang luhur dan bisa dikatakan sebagai pendapat yang absolut yang tidak bisa diganggu gugat. Namun globalisasi adalah sesuatu yang tidak bisa dihindari maupun dihentikan.

Fenomena globalisasi yang terjadi di seluruh dunia adalah sebuah bukti bahwa dunia semakin hari semakin berkembang di segala bidang, terutama di bidang informasi dan teknologi, salah satu bukti yang paling besar adalah kemunculan internet secara luas yang kini menjadi salah satu kebutuhan sekunder bahkan primer bagi seluruh masyarakat dunia. Lantas apa kaitannya dengan guru? Apa kaitannya dengan nasehat orang tua mengenai profesi seorang guru?

Pada era globalisasi, seorang guru dituntut lebih, yakni menguasai zaman, menguasai teknologi dan segala yang berkaitan dengan muridnya. Sebagian besar orang tua masih menganggap pekerjaan seorang guru paa tahun 80-an adalah pekerjaan yang sama dengan guru di era globalisasi, yang pada kenyataannya sangat berbeda satu sama lainnya.

Singkat kata, perbedaan membuat pedoman yang lama tidak bisa digunakan kembali sehingga harus disesuaikan dengan pedoman yang baru secara lebih baik dan umum, kesimpulannya, profesi seorang guru yang dahulu dianggap sebagai profesi yang keras kini adalah profesi yang justru membutuhkan kelembutan yang ekstra. Profesi seorang guru yang dahulu dianggap inferior dibandingkan profesi seperti dokter dan pejabat dianggap sebelah mata.

Namun sebuah fakta yang mungkin tidak kita lihat, kalau bukan guru yang mengajarkan seseorang untuk menjadi orang yang hebat, siapa lagi? Mungkin masih ada masyarakat atau orang tua, namun bukankah sebagian besar dari hidup seorang anak dari generasi milenium ini dihabiskan di sekolah? Sebuah alasan yang logis dan sangat masuk akal bagi saya.

Lantas, kembali ke pertanyaan yang menjadi dasar dari celotehan ini, mengapa saya begitu tertarik untuk menjadi seorang guru?

Pertanyaan mudah, namun saya akan menjelaskannya dengan sebuah teori yang cukup dikenal.

Secara singkat saya gambarkan mengenai seorang guru, seorang guru yang memberitahukan suatu ilmu kepada TIGA orang murid, lalu tiga orang murid tersebut secara individu menyampaikan ilmu kepada TIGA orang murid lainnya, lalu tiga orang tersebut menyampaikannya lagi dengan konsep yang sama kepada tiga orang lainnya lagi, dan begitu seterusnya.
Jika digambarkan secara gambar kurang lebih akan seperti diatas. Lalu apa yang menjadikan hal itu begitu menarik?

Dari Abu Hurairah ra. bahwasanya Rasulullah saw. bersabda :
“Jika seseorang meninggal dunia, maka terputuslah amalannya kecuali tiga perkara (yaitu): sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat dan do’a anak yang sholeh” (HR. Muslim no. 1631)

Sekiranya itu sudah lebih dari cukup untuk menjelaskan mengapa profesi seorang guru begitu mulia, dan saya rasa hadits diatas tetap bisa diterapkan secara universal untuk agama lainnya terlepas dari sudut pandang saya sebagai orang Islam yang sebenar-benarnya Islam (InsyaAllah).

Akhir kata, saya sebagai seorang manusia yang tidak lepas dari kesalahan baik kecil maupun besar memohon maaf yang sebesar-besarnya terutama kepada kaum guru yang semisal ada kesalahan dalam tulisan ini saya mohon maaf sebagai seorang manusia dan sebagai seorang siswa.

Wallahu alam wa bisshawab.


Minggu, 01 September 2013

Hari Pertama (Technically ini hari kedua) di Asrama



So here we are, UTM, Universiti Teknologi Malaysia, tempat gue bakalan ngabisin empat tahun terakhir dari kehidupan gue untuk kedepannya. Awalnya hari-hari begitu indah... dengan teman-teman seangkatan dan senegara yang notabene cuma 8 orang, greget, sangat greget.  Dimana cuma gue sendiri di jurusan gue, greget combo  .

Anyway, hari pertama gue dihabisin dengan kegiatan yang bakalan cukup langka untuk anak manusia yang lahir di Indonesia jika dijalankan secara rutin, yaitu.... *jeng jeng jeng* JOGGING! Pemirsa, JOGGING pemirsa sekalian! *okeh cukup*

Jogging dijalankan oleh gue, roomate gue, dan teman-teman seangkatan yang bakalan gue jelasin nanti, biar keg di anime gituh... kemunculan karakter kan bagusnya pas udah jauh2 gituh dan pas ada scene dimana seseorang memainkan perannya gituh .

Yang namanya jogging pasti yaa jalan santai dah, paling mentok lari-lari kecil, sebelum jogging yaa kami yang laki-laki ngumpul di halte depan asrama perempuan, FYI, asrama perempuan dan laki-laki dipisah jauh dan di depan gedung asrama perempuan ada tulisan plang gede bertuliskan "KAWASAN LARANGAN LELAKI". sekilas keg laki-laki itu hina banget ya... hahaha 

Pas nunggu, kami menemukan *yeah bahasa Indonesia yang gaje dan keren FTW* seorang sekuriti yang bernama Pak Hasan yang datang lalu menginterview kami dengan bahasa Melayu yang kedengarannya di Indonesiakan. Percakapan dengan pak hasan yaaa tipikal basa basi ala orang Melayu *gue etnis Melayu, jadi gue bangga gituh  sampai ke sebuah titik percakapan dimana pak Hasan ngomong.

"Kolej kat sini keras"

Pertama gue dengerinnya, kalau gue ngartiin satu per satu yaa... kolej itu asrama, kat itu di, sini tetep, keras itu bakalan penuh dengan pertumpahan darah dan perjuangan demi mendapatkan berbagai hal. Lalu ternyata setelah dia ngejelasin, gue bener 3 dari 4 kata diatas.

Kata temen gue yang paham bahasa melayu disini... Keras itu artinya Angker. Wait? What da fak!?

KERAS = ANGKER?

Pembendaharaan kata gue nambah satu

anyway, gue ga percaya hantu . sebab...
gue tuh yang bikin  .

Lalu jogging pun berakhir seperti sebagaimana acara biasa... nothing too damn special about this... so lets skip this part to the main dish.

13.00 Waktu Malaysia

Tepat sebelum zuhur (13.12) gue dan roomate tertidur dengan pulas! dan tentunya di tempat tidur yang berbeda *lu jangan mikir yang macem-macem* 

14.50 Waktu Malaysia

Terbangun dengan keren dilanjutkan dengan sholat zuhur masing-masing, yang namanya udah siang, pasti kerasa yang namanya LAPER. So we take ourself to the arcade *FYI Arcade disini itu keg tempat sepaket yang ada tempat makan, fotokopi, mini market, dll...

14.20 Waktu Indonesia *time travel!!!* 

Kami makan dengan senang hati, berhubung hari hujan dan ini hari ke-5 hujan di sore hari, Johor mengalahkan status Bogor sebagai kota hujan, applause banget. Begitu 10 menit aja kami makan, lauk udah dimasukin kedalam dan udah mau tutup ituh warung, Alhamdulillah, we are so glad coz we made it, yay .

15.40 Waktu Malaysia

Makan selesai dan kami kembali ngayuh sepeda *twist kan jadinya kalo gue gabilang gue pake sepeda  #alibi* dan kasus pun dimulai.

Gw : Ade, lu tau jalan pulang kan?
Ade : Ikut aja arah gue
Gw : Oke dah...

Dan gue pun ikuti jalannya, ke arah yang sebaliknya dari awal kami dateng, well this is something... perasaan gue mulai ga enak nih.. dan beberapa saat kemudian...

Gw : Ade! oiii ade!
Ade : Apaan?
Gw : itu jalan keluar Universitas bego!
Ade : Iya ya?

And it started...

Pas gue mau muterin sepeda, dengan misterius, ituh sepeda gigi nya jadi kacau dan ban nya jadi oleng ke kiri.

Gw : Ade!
Ade : Apaan?
Gw : Sepeda gue gabisa gerak
Ade : Ha'? *tampang bingung

Dan hari kembali hujan dengan brutalnya.

*byuurrr* *byuuurr* hari hujan dengan brutalnya dan kami pun berteduh di halte terdekat...

Sepeda gue kacau, hari hujan lebat, dan pas mau nyentuh ituh gir sepeda, gue kena kawat gaje dan jari gue berdarah. Well I'm fak-ed *sensor dikit, biar sopan dah*

Secara ilustrasi... si Ade sempat-sempatnya difotonya gue, greget.

Well hell yeah! muka gue disini memalukan banget, debut keren gue dicuri dengan hari hujan yang sangat lebat.

Setengah jam berlalu, kami berharap ada anak teknik sipil atau teknik mesin lewat bantuin kami benerin sepeda, dan ternyata pemirsa.... tidak ada, malahan kami yang kecipratan air dari mobil yang lewat . 

Dalam jalan pulang... kami tersadar satu hikmah...

Jangan pernah tidur siang sebelum zuhur .